PTK ajaran

Minggu, Agustus 12, 2012 , 0 Comments

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
          Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu  pelajaran wajib pada tingkat satuan Pendidikan Dasar yang sangat penting, karena diharapkan melalui pelajaran Pendidikan Jasmani ini terciptalah sosok siswa yang matang dalam pertumbuhan fisiknya, dalam perkembangan kognitif dan afektifnya. Seperti yang tercantum dalam tujuan Pendidikan nasional point nomer 2 yaitu Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
         Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis  yang seimbang, tentunya kita juga tidak bisa berpaling dari munculnya Teori Kecerdasan yang baru yaitu Multiple Intellegence yang memasukkan kecerdasan kinesiologi sebagai salah satu dari kecerdasan yang bisa dimiliki oleh seseorang yang akan dapat menunjang keberhasilan dalam kehidupannya Delapan jenis kemampuan inteligensi menurut theory of multiple intelligences dari Gardner dalam AAHPERD (1999: 169-171), yaitu:
 (1) bodily-kinesthetic intellegence,
 (2) spatial,
 (3) interpersonal,
 (4) musical,
(5) liguistic,
(6) logical-mathematical,
 (7) intrapersonal,
(8) naturalistic intellegence.
Bodily-kinesthetic intellegence berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kreativitas siswa melalui pemanfaatan aktivitas secara fisik, disinilah Pendidikan Jasmani akan berperan sangat penting dalam menyiapkan dan membantu perkembangan siswa menuju manusia dewasa yang siap menghadapi kehidupan dan memecahkan setiap masalah di masa depan. Tujuan pendidikan jasmani dan prestasi akan tercapai bila berlatih secara progresif, yaitu: ajeg, maju, dan berkesinambungan. Faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi menurut Sukadiyanto (2010) antara lain,
1.     Kondisi anak didik (atlet), baik biologis, fisiologis, dan psikologisnya.
2.     Kualifikasi kemampuan pelatih.
3.     Lingkungan yang memadai untuk beraktivitas.
4.     Tersedianya alat dan fasilitas.
5.     Aspek psikologis baik pelatih maupun atletnya, yang meliputi: kepribadian, motivasi latihan (intrinsik-ekstrinsik), tingkat ketegangan-kecemasan, dan tingkat emosional.
         Dari dua teori diatas hal pokok dari pendidikan jasmani adalah bagaimana meningkatkan  kemampuan fisiologis siswa yang berkaitan dengan unsur sistem kardiorespirasi atau lebih kita kenal dengan sistem aerobik. Metode yang selama ini diberikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani cenderung kepada metode drill dan demonstrasi artinya siswa melihat dan menirukan atau siswa melakukan latihan dari salah satu cabang dan nomor olahraga yang diberikan guru secara terus-menerus. Dan dengan metode ini siswa lebih cepat merasa bosan dengan materi atau bahkan menghindari materi-materi tertentu. Untuk itu perlu suatu pemikiran yang bisa mengadopsi metode yang benar-benar bermanfaat bagi peningkatan kemampuan unsur aerobik siswa kelas VI  ini

B.     Identifikasi masalah
         Dari latar belakang di atas muncul beberapa masalah yang dapat kita identifikasi sebagai berikut:
Untuk mencapai kemampuan fisiologis yang memadai maka diperlukan sebuah metode yang tepat agar memiliki efek yang berarti dalam peningkatan  kemampuan fisiologis siswa kelas VI yang sudah mulai menginjak usia belasan, dan diharapkan sudah memiliki kesiapan fisik agar mampu mengatasi beban yang lebih berat dijenjang sekolah berikutnya


C.    Analisis dan Rumusan Masalah
Melihat identifikasi yang muncul maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Metode apakah yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan aerobik siswa    kelas VI SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta?
2. Seberapa besarkah pengaruh metode interval trainning bagi peningkatan kemampuan aerobik siswa kelas VI SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta?

D.    Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan, untu;
1. Mengetahui apakah metode sirkuit trainning dapat diterapkan bagi pembelajaran siswa kelas VI sekolah dasar
2. Mengetahui seberapa besarkah peningkatan kemampuan aerobik siswa kelas VI setelah menerapkan metode sirkuti trainning dalam pembelajaran pendidikan jasmaninya

E.     Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil, yaitu:
Manfaat bagi guru-guru Pendidikan Jasmani akan khasanah metode yang dimilki
Bagi siswa sendiri sehingga dengan metode ini perkembangan fisiologinya dapat sesuai dengan perkembangan usianya

F.     Definisi Istilah
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
Sirkuit trainning adalah sebuah metode untuk melatih atlet yang berkempauan tinggi untuk meningkatakan kemampuan kecepatan, kekuatan dan daya tahan
Aerobik adalah sebuah aktivitas fisik dari organisme hidup yang menggunakan oksigen untuk kelangsungannya




BAB II
KERANGKA TEORI

A.Kajian Pustaka
1. Sirkuit Trainning.
      Sirkuit trainning adalah satu bentuk latihan yang dilakukan dalam satu putaran, dan selama proses berputar tersebut siswa harus melewati beberpa pos gerakan yang harus mereka kerjakan (Rusli Lutan 2001). Pada setiap pos itu siswa melakukan tugas gerak secara simultan berkesinambungan tnapa jeda namun bisa divariasi dengan berbagai hal yang menarik bagi siswa agar dia mau melakukan aktivitas jasmaninya dengan intensitas yang tinggi.
Metode Interval sirkuit training menurut Elizabeth Quinn, yang dimuat dalam situs About.Com, Sport Science (2008) dikatakan:
“The interval sircuit programs of today have become highly sophisticated methods of structured training for athletic performance enhancement. Physiologists and trainers have designed interval programs that are specifically suited to individual athletes. These sessions include precisely measured intervals that match the athlete's sport, event and current level of conditioning. Often the appropriate intensity and duration of the intervals is determined by the results of anaerobic threshold testing (AT) that includes measuring the blood-lactate of an athlete during intense exercise”.
           
        Kutipan  di atas dapat dipahami bahwa sebagai satu metode, interval sirkuit trainning ini disusun menurut kecanggihan ilmu pengetahuan dan dengan latihan interval sirkuit training kita dapat meningkatkan kemampuan aerobic dan anaerobic seseorang, maka dengan merubah sedikit metode ini disesuaikan dengan kemampuan siswa dan ditambah pos-pos gerakan diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani umum siswa meliputi: kekuatan, kecepatan, kelenturan dan daya tahan. Keempat unsur fisik umum tadi dibutuhkan anak seusia SD kelas VI sebagai modal dalam tahap menuju pembelajaran tingkat selanjutnya.
2. Kemampuan Aerobik.
     Aerobik merupakan kata sifat yang berarti menyerap oksigen, artinya aerobik adalah aktivitas fisik dari makhluk hidup dengan menggunakan oksigen sebagai sumber energi utamanya. Dalam istilah olahraga aerobik adalah aktivitas fisik dalam waktu yang cukup lama untuk mendapatkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan atau kardiorespirasi.
Kardiak berarti jantung  dan sistem peredaran darah, sedangkan  respirasi berarti sistem pernafasan. Dalam kaitan dengan pembelajaran pendidikan jasmani sistem kardiorespirasi ini menjadi unsur pokok keberhasilan sebuah pembelajaran, dalam tujuan pendidikan jasmani dijelaskan bahwa pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik siswa sesuai dengan karakteristik perkembangan usianya. Kemampuan aerobik ini dan kemampuan fisik lain dalam keolahragaan diindikasikan dengan tolok ukur kemampuan lari jauh atau lari aerobik. Sebuah latihan fisik dikatakan memiliki efek superkompensasi jika memenuhi persyaratan denyut jantung dan sistem recovery yang baik dan recovery ini merupakan kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen dan mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Anak usia 12 tahun atau sekelas VI SD sudah memiliki kemampuan dan kematangan yang cukup dalam menerima beban fisik, sehingga siswa kelas VI ini sudah bisa berlatih kecabangan olahraga yang ia sukai, dan dengan aspek ini denyut nadi yang diperkenankan adalah 80% dari denyut jantung maximal,untuk itulah kiranya metode interval trainning ini sudah bisa diterapkan pada siswa kelas VI SD yang rata-rata sudah berusia 12 tahun.
Kajian  teori yang ada di atas menghasilkan sebuah bentuk hipotesis, dapatkah metode sirkuit trainning ini diterapkan untuk meningkatkan kemampuan aerobik bagi siswa  kelas VI sekolah dasar?
















BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A.Metode Penelitian
B. Deskripsi Penelitian
     Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakrta yang terletak di Kampung Sapen Kelurahan Demangan kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Lokasi ini berada di tengah perkampungan dengan keadaan geografis yang cukup padat sehingga dalam setiap pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani harus diatur sebaik mungkin agar bisa memiliki efek positif bagi perkembangan siswa. Waktu penelitian dilakukan antara rentang waktu bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011 pada saat pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani
     Subjek penelitian adalah siswa SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta dengan jumlah populasi sebanyak 180 siswa. Secara khusus hanya siswa yang dijadikan subjek penelitian karena pembelajaran di SD muhammadiyah Sapen dikelompokkan dan dipisahkan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan, sehingga dengan adanya sistem pengelompokan ini penelitian bisa dilakukan dengan lebih teliti.
     Penelitian dilakukan denngan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dari yang mudah ke yang sulit dari yang sederhana ke hal yang komplek. Sirkuit trainning yang diterapkan tidak menutup untuk penyampaian materi lain sesuai dengan SK dan KD yang telah disusun sebelumnya,sehingga tidak mengganggu target pencapaian materi yang telah ada. Sehingga bisa dikategorikan materi sirkuit trainning ini include dalam bagian dari warming up atau pemanasan, karena dalam pemanasan ini terkandung 5 tujuan pokok, yaitu:
1.      Menyiapakan fisik untuk tugas yang lebih berat
2.      Meningkatkan suhu tubuh
3.      Meningkatkan denyut jantung untuk mencapi fase denyut latihan
4.      Menyiapkan faktor psikhis siwa
5.      Mencegah terjadinya cedera pada siswa
C. Teknis Pelaksanaan Penelitian
1. Rencana penelitian
     Dari  hasil analisis materi dan kalender akademik yang ada diketahui bahawa di semester genap 2010-2011 terdapat 20 minggu efektif untuk pembelajaran dan setelah dikurangi untuk latihan ujian dan ujian ada 12 kali pertemuan efektif untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dengan menerapkan metode sirkuit trainning ini. Dengan adanya dua siklus yang direncanakan pelaksanaan penelitian masing-masing siklus berlangsung dalam 5 kali pertemuan atau satu setengah bulan. Sebelum treatment sirkuit trainning ini diterapkan siswa dijelaskan akan program yang akan mereka jalani di semester ini dengan demikian siswa paham dan tahu tugasnya saat pelajaran pendidikan jasmani. Refleksi awal dilakukan dengan lari aerobik di akhir siklus pertama sebagai pre test, dan hasil akhir ujian praktik sekolah sebagai post test dalam pengambilan datanya.
2. Siklus 1.
a. Tindakan yang dilakukan
     Dalam setiap pertemuan atau tatap muka dengan siswa penerapan metode sirkuit trainning dilakukan dengan cara:
              Melakukan gerakan-gerakan dinamis yang merangsang peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan yang ada.gerakan yang dberikan bisa berupa pola gerak dasar umum (PGDU) dan pola gerak dasar dominan (PGDD). Pola gerak dasar umum yaitu bentuk-bentuk gerakan yang bisa dilakukan dalam aktivitas sehari-hari siswa dan pola gerak dasar dominant adalah bentuk-bentuk gerakan yang sudah menyerupai pada teknik-teknik cabang olahraga tertentu.Setiap gerakan disusun dalam tahapan tertentu atau dikenal dengan pos gerakan yang harus diselesaikan secepatnya oleh siswa dan menuju tempat untuk recovery atau pemulihan
Treatment dengan gerak ini dilakukan sampai siswa memperoleh denyut jantung optimal untuk latihan yaitu 80% dari denyut jantung maksimal, guru harus paham benar akan karakteristik  jantung siswa seusia 12 tahun yaitu beban latihan tidak boleh lebih dari 70% denyut jantung maksimal agar tidak terjadi overtrainning. Pada umumnya, latihan untuk kebugaran jasmani dosis yang diperlukan berkisar antara 60-75% dari denyut jantung maksimal. Bila denyut jantung saat latihan sudah mencapai target persentase dosis yang ditentukan, maka irama aktivitasnya dipelihara agar relatif tetap stabil. Sebaliknya jika hitungan denyut jantung saat latihan masih jauh dari dosisnya maka irama aktivitasnya ditambah agar mencapai target dosis latihan. Cara untuk mengetahui denyut jantung saat latihan adalah dengan palpasi (meraba) pada leher atau pergelangan tangan dan menghitungnya dalam satu menit atau dalam sepuluh detik hasilnya dikalikan enam. Berikut ini disajikan pedoman untuk menghitung denyut jantung saat latihan atas dasar denyut jantung maksimal dan usia seseorang (AAHPERD, 1999: 89).
Usia
Denyut jantung
maksimal
Denyut jantung latihan
Pada 60-75%
9
211
127 – 158
10
210
126 – 158
11
209
125 – 157
12
208
125 – 156
13
207
124 – 155
14
206
124 – 155
15
205
123 – 154
16
204
122 – 153
17
203
122 – 152
18
202
121 - 152

              Gerakan-gerakan sirkuit trainning ini dilakukan dalam repetisi sedang dan durasi medium atau 20-30 menit. Adapun gerakan yang bisa diberikan adalah:
minggu ke-1
8 Januari
minggu ke-2
15 Januari
minggu ke-3
22 Januari
minggu ke-4
29 Januari
minggu ke-5
12 Februari
lari angkat paha
lari kijang
lari samping
jogging
cooper run aerobik
lari zig-zag
fartlek
sit up
shuttle run

sit up lari
squath thrush
squath thrush
push up

push up
lompat pagar
lari zig-zig
back up

back up
maju mundur
foot work
variasi kaki


              Setelah selesai latihan sirkuit siswa bisa melakukan aktivitas lain baik berupa game atau materi pendidikan jasmani yang sesuai dengan SK KD yang ada.
Menurut struktur program yang ada kelas VI memiliki 3 jam pelajaran pendidikan jasmani, jika setiap jam 40 menit maka distribusi waktu dapat disusun sebagai berikut:
warming up
sirkuit trainning
materi lain/game
cooling down
total
20’
30’
45’
25’
120’

b. Pengamatan
              Pengamatan dilakukan dengan judgement atau perjurian dari setiap item gerak yang ditentukan, sehingga guru harus dengan seksama mengamati satu rombongan siswa yang tengah melakukan treatment gerakan tadi meskiun tetapmelakukan pengawasan kepada siswa yang sedang recovery. Jika ada siswa yang terlihat belum melakukan gerakan dengan benar maka siswa tersebut harus mengulangi lagi sampai gerakannya benar meskipun dia harus tertinggal dari rombongan sirkuitnya
c. Refleksi tindakan
              Pre test dilakukan setelah akhir siklus pertama selesai atau 5 kali pertemuan. Pre test ini dilakukan dengan cara lari aerobik sejauh 1600 meter atau mengelilingi lapangan sepakbola di dalam stadion.kemudian hasilnya dicatat dan nantinya dibandingkan dengan hasil akhir test.
3. Siklus 2.
Rencana penelitian
              Prinsip berlebih dalam pembebanan diterapkan pada siklus kedua ini, karena ujian yang direncanakn harus maju, treatment yang sama mungkin tidak akan berdampak pada siswakarenan azas reversible atau pulih awal jika latihan yang sudah berlangsung tidak dilakukan dengan rutin dan progresif secara kuantitas dan intensitas. Dalam keadaan seperti iniuntuk mencapai peak performance yang telah ditargetkan akan didesain ulang program sirkuit trainning yang dilakukan pada siklus 1
Tindakan yang dilakukan
Perubahan treatment yang dilakukan  pada siklus 2 antara lain:
              1) Intensitas gerakan :
              Gerakan dilakukan dengan intesitas yang lebih tinggi dari siklus 1,dengan            membeerikan tekanan pada kecepatan untuk menyelesaikan tugas setiap     kelompok interval.
              2) Beban latihan:
              Pembebanan untuk jenis gerakan ditambah dari 5 item gerak menjadi 6 item         gerak
              3) Repetisi gerakan :
              Pengulangan gerakan lebih banyak dari semula
              4) Frekuensi gerakan:
              Pengulangan setiap sesi latihan ditambah dari sekali menjadi 2 kali setelah jeda    interval
              5) Durasi latihan;
              Jika siklus 1 waktu yang diperlukan untuk sirkuit trainning adalah 20 – 30menit, maka durasi latihan pada siklus ke dua ini menjadi 30 - 40 menit
minggu ke-1
19 Februari
minggu ke-2
26 Februari
minggu ke-3
5 Maret
minggu ke-4
12 Maret
Post test
19 Maret
lari angkat paha
lari kijang
lari samping
jogging
coopeer run aerobik
lari zig-zag
fartlek
sit up
shuttle run

sit up lari
squath thrush
squath thrush
push up

push up
lompat pagar
lari zig-zig
back up

back up
maju mundur
foot work
variasi kaki


Pengamatan
              Pengamatan dilakukan selama persiapan maupun pelaksanaan sirkuit trainning ini, guru harus selalu melakukan progress dari hal-hal yang mempengaruhi latihan. Termasuk adanya perubahan dalam pemberian treatment kepada siswa, menurut Sukadiyanto (2010) apakah siswa mengalami tekanan secara fisik maupun secara psikhis, bisa kita amati dengan melihat hal-hal berikut ini:
A. Semangat berlatih, tampak dari:
    1) Saat bermain selalu senang, puas, dan untuk belajar.
    2) Upaya mengembangkan pola permainannya dan diterapkan dalam pertandingan.
    3) Setiap memperoleh angka kemenangan sebagai awal tujuan utamanya.
B. Percaya Diri, tampak dari:
    1) Sikapnya yang tenang meskipun mengalami kegagalan.
    2) Berusaha untuk dapat mengatasi permasalahan di arena pertandingan.
    3) Tetap ceria, tidak gemetar, dan tidak menunjukkan kekecewaannya.
C. Emosinya Stabil, tampak dari:
    1) Daya konsentrasi dan perhatiannya.
    2) Cara berjalan dan pandangan tetap ke depan.
    3) Bahasa dari gerak tubuhnya.

Refleksi tindakan
Siswa kelas 6 SD adalah siswa yang sudah menginjak awal remaja sehingga kondisi fisik dan fisiologisnya sudah siap untuk menerima beban latihan yang berat dan dengan pertumbuhannya dia sudah sanggup untuk melakukan kegiatan seperti orang dewasa. Namun karena kondisi psikologisnya belum siap perlu adanya modifikasi pada saat test atau latihan. Berikut  disajikan modifikasi model materi latihan untuk pengembangan keterampilan anak berdasarkan usianya menurut Sharkey (1986: 26).
Usia anak
Materi latihan
£ 10 tahun
akhir masa
anak-anak
Menarik minat anak untuk beraktivitas secara fisik.
Bentuk aktivitas fisik yang menyenangkan.
Belajar dasar-dasar keterampilan gerak.
11-14 tahun
awal masa
remaja
Latihan berbagai macam keterampilan (lokomotor, non lokomotor dan manipulasi).
Belajar keterampilan teknik secara benar.
Persiapan untuk meningkatkan latihan ke latihan kecabangan.
15-19 tahun
masa akhir
remaja
Meningkatkan jumlah latihan.
Latihan menggunakan beban yang khusus.
Latihan keterampilan pada satu cabang olahraga.
Masa dewasa
Puncak prestasi.
Latihan dengan intensitas yang tinggi.

Teori  tersebut mendasari  ACSPFT (Asian Commitee on Standardization of Physical Fitness Test) untuk menyusun test tentang kemampuan aerobik untuk siswa. Dan dalam testtersebut siswa kelas 6 SD dikelompokkan dalam kategori siswa di atas usia 12 tahun sudah dapat dites dengan Cooper Run Aerobik Test, yaitu dengan lari jarak jauh. Unsur fisik manusia yang pokok adalah kekuatan, kecepatan dan daya tahan. Kemampuan aerobik ini identik dengan daya tahan sehingga diindikasikan dengan tolok ukur kemampuan lari jauh atau lari aerobik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Sirkuit Trainning di Sekolah Dasar


B. Pengaruh Sirkuit Trainning terhadap Kemampuan Aerobik Siswa




















BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

0 komentar: