PTK ajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu pelajaran wajib pada tingkat satuan
Pendidikan Dasar yang sangat penting, karena diharapkan melalui pelajaran
Pendidikan Jasmani ini terciptalah sosok siswa yang matang dalam pertumbuhan
fisiknya, dalam perkembangan kognitif dan afektifnya. Seperti yang tercantum
dalam tujuan Pendidikan nasional point nomer 2 yaitu
Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan media
untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai
(sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola
hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
kualitas fisik dan psikis yang seimbang,
tentunya kita juga tidak bisa berpaling dari munculnya Teori Kecerdasan yang
baru yaitu Multiple Intellegence yang memasukkan kecerdasan kinesiologi sebagai
salah satu dari kecerdasan yang bisa dimiliki oleh seseorang yang akan dapat
menunjang keberhasilan dalam kehidupannya Delapan jenis kemampuan inteligensi menurut theory
of multiple intelligences dari Gardner dalam AAHPERD (1999: 169-171), yaitu:
(1)
bodily-kinesthetic intellegence,
(2)
spatial,
(3)
interpersonal,
(4)
musical,
(5) liguistic,
(6) logical-mathematical,
(7)
intrapersonal,
(8) naturalistic intellegence.
Bodily-kinesthetic intellegence berkaitan dengan kemampuan memecahkan
masalah dan kreativitas siswa melalui pemanfaatan aktivitas secara fisik,
disinilah Pendidikan Jasmani akan berperan sangat penting dalam menyiapkan dan
membantu perkembangan siswa menuju manusia dewasa yang siap menghadapi
kehidupan dan memecahkan setiap masalah di masa depan. Tujuan pendidikan jasmani dan prestasi akan tercapai bila berlatih secara
progresif, yaitu: ajeg, maju, dan berkesinambungan. Faktor yang mempengaruhi
pencapaian prestasi menurut Sukadiyanto (2010) antara lain,
1. Kondisi anak didik
(atlet), baik biologis, fisiologis, dan psikologisnya.
2. Kualifikasi kemampuan
pelatih.
3. Lingkungan yang memadai untuk beraktivitas.
4. Tersedianya alat dan fasilitas.
5. Aspek psikologis baik
pelatih maupun atletnya, yang meliputi: kepribadian, motivasi latihan
(intrinsik-ekstrinsik), tingkat ketegangan-kecemasan, dan tingkat emosional.
Dari
dua teori diatas hal pokok dari pendidikan jasmani adalah bagaimana
meningkatkan kemampuan fisiologis siswa
yang berkaitan dengan unsur sistem kardiorespirasi atau lebih kita kenal dengan
sistem aerobik. Metode yang selama ini diberikan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani cenderung kepada metode drill dan demonstrasi artinya siswa melihat dan
menirukan atau siswa melakukan latihan dari salah satu cabang dan nomor
olahraga yang diberikan guru secara terus-menerus. Dan dengan metode ini siswa
lebih cepat merasa bosan dengan materi atau bahkan menghindari materi-materi
tertentu. Untuk itu perlu suatu pemikiran yang bisa mengadopsi metode yang
benar-benar bermanfaat bagi peningkatan kemampuan unsur aerobik siswa kelas
VI ini
B.
Identifikasi masalah
Dari latar belakang di atas muncul
beberapa masalah yang dapat kita identifikasi sebagai berikut:
Untuk mencapai kemampuan fisiologis yang
memadai maka diperlukan sebuah metode yang tepat agar memiliki efek yang
berarti dalam peningkatan kemampuan
fisiologis siswa kelas VI yang sudah mulai menginjak usia belasan, dan
diharapkan sudah memiliki kesiapan fisik agar mampu mengatasi beban yang lebih
berat dijenjang sekolah berikutnya
C.
Analisis dan Rumusan Masalah
Melihat identifikasi yang muncul maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Metode apakah yang sesuai untuk meningkatkan
kemampuan aerobik siswa kelas VI SD
Muhammadiyah Sapen Yogyakarta?
2. Seberapa besarkah pengaruh metode interval
trainning bagi peningkatan kemampuan aerobik siswa kelas VI SD Muhammadiyah Sapen
Yogyakarta?
D.
Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan,
untu;
1. Mengetahui apakah metode sirkuit
trainning dapat diterapkan bagi pembelajaran siswa kelas VI sekolah dasar
2. Mengetahui seberapa besarkah
peningkatan kemampuan aerobik siswa kelas VI setelah menerapkan metode sirkuti
trainning dalam pembelajaran pendidikan jasmaninya
E.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan ada manfaat
yang dapat diambil, yaitu:
Manfaat bagi guru-guru Pendidikan Jasmani
akan khasanah metode yang dimilki
Bagi siswa sendiri sehingga dengan metode
ini perkembangan fisiologinya dapat sesuai dengan perkembangan usianya
F.
Definisi Istilah
Metode adalah cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi
Sirkuit trainning adalah sebuah metode
untuk melatih atlet yang berkempauan tinggi untuk meningkatakan kemampuan
kecepatan, kekuatan dan daya tahan
Aerobik adalah sebuah aktivitas fisik dari
organisme hidup yang menggunakan oksigen untuk kelangsungannya
BAB II
KERANGKA TEORI
A.Kajian Pustaka
1. Sirkuit Trainning.
Sirkuit trainning adalah satu bentuk
latihan yang dilakukan dalam satu putaran, dan selama proses berputar tersebut
siswa harus melewati beberpa pos gerakan yang harus mereka kerjakan (Rusli
Lutan 2001). Pada setiap pos itu siswa melakukan tugas gerak secara simultan
berkesinambungan tnapa jeda namun bisa divariasi dengan berbagai hal yang
menarik bagi siswa agar dia mau melakukan aktivitas jasmaninya dengan intensitas
yang tinggi.
Metode
Interval sirkuit training menurut Elizabeth Quinn, yang dimuat dalam situs
About.Com, Sport Science (2008) dikatakan:
“The interval sircuit programs
of today have become highly sophisticated methods of structured training for
athletic performance enhancement. Physiologists and trainers have designed
interval programs that are specifically suited to individual athletes. These
sessions include precisely measured intervals that match the athlete's sport,
event and current level of conditioning. Often the appropriate intensity and
duration of the intervals is determined by the results of anaerobic threshold
testing (AT) that includes measuring the blood-lactate of an athlete during
intense exercise”.
Kutipan di atas dapat dipahami bahwa sebagai satu metode,
interval sirkuit trainning ini disusun menurut kecanggihan ilmu pengetahuan dan
dengan latihan interval sirkuit training kita dapat meningkatkan kemampuan
aerobic dan anaerobic seseorang, maka dengan merubah sedikit metode ini
disesuaikan dengan kemampuan siswa dan ditambah pos-pos gerakan diharapkan
dapat meningkatkan kebugaran jasmani umum siswa meliputi: kekuatan, kecepatan,
kelenturan dan daya tahan. Keempat unsur fisik umum tadi dibutuhkan anak seusia
SD kelas VI sebagai modal dalam tahap menuju pembelajaran tingkat selanjutnya.
2. Kemampuan Aerobik.
Aerobik
merupakan kata sifat yang berarti menyerap oksigen, artinya aerobik adalah
aktivitas fisik dari makhluk hidup dengan menggunakan oksigen sebagai sumber
energi utamanya. Dalam istilah olahraga aerobik adalah aktivitas fisik dalam
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan peningkatan denyut jantung dan
frekuensi pernafasan atau kardiorespirasi.
Kardiak
berarti jantung dan sistem peredaran
darah, sedangkan respirasi berarti
sistem pernafasan. Dalam kaitan dengan pembelajaran pendidikan jasmani sistem
kardiorespirasi ini menjadi unsur pokok keberhasilan sebuah pembelajaran, dalam
tujuan pendidikan jasmani dijelaskan bahwa pendidikan jasmani bertujuan untuk
meningkatkan kualitas fisik siswa sesuai dengan karakteristik perkembangan
usianya. Kemampuan aerobik ini dan kemampuan fisik lain dalam keolahragaan diindikasikan
dengan tolok ukur kemampuan lari jauh atau lari aerobik. Sebuah latihan fisik
dikatakan memiliki efek superkompensasi jika memenuhi persyaratan denyut
jantung dan sistem recovery yang baik dan recovery ini merupakan kemampuan
paru-paru untuk menyerap oksigen dan mendistribusikannya ke seluruh tubuh. Anak
usia 12 tahun atau sekelas VI SD sudah memiliki kemampuan dan kematangan yang
cukup dalam menerima beban fisik, sehingga siswa kelas VI ini sudah bisa
berlatih kecabangan olahraga yang ia sukai, dan dengan aspek ini denyut nadi
yang diperkenankan adalah 80% dari denyut jantung maximal,untuk itulah kiranya
metode interval trainning ini sudah bisa diterapkan pada siswa kelas VI SD yang
rata-rata sudah berusia 12 tahun.
Kajian teori yang ada di atas menghasilkan sebuah
bentuk hipotesis, dapatkah metode sirkuit trainning ini diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan aerobik bagi siswa
kelas VI sekolah dasar?
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.Metode Penelitian
B. Deskripsi Penelitian
Penelitian dilakukan di SD
Muhammadiyah Sapen Yogyakrta yang terletak di Kampung Sapen Kelurahan Demangan
kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Lokasi ini berada di tengah
perkampungan dengan keadaan geografis yang cukup padat sehingga dalam setiap
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani harus diatur sebaik mungkin agar
bisa memiliki efek positif bagi perkembangan siswa. Waktu penelitian dilakukan
antara rentang waktu bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011 pada saat
pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani
Subjek penelitian adalah siswa SD Muhammadiyah
Sapen Yogyakarta dengan jumlah populasi sebanyak 180 siswa. Secara khusus hanya
siswa yang dijadikan subjek penelitian karena pembelajaran di SD muhammadiyah
Sapen dikelompokkan dan dipisahkan antara siswa laki-laki dengan siswa
perempuan, sehingga dengan adanya sistem pengelompokan ini penelitian bisa
dilakukan dengan lebih teliti.
Penelitian dilakukan denngan menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran dari yang mudah ke yang sulit dari yang sederhana
ke hal yang komplek. Sirkuit trainning yang diterapkan tidak menutup untuk
penyampaian materi lain sesuai dengan SK dan KD yang telah disusun
sebelumnya,sehingga tidak mengganggu target pencapaian materi yang telah ada.
Sehingga bisa dikategorikan materi sirkuit trainning ini include dalam bagian
dari warming up atau pemanasan, karena dalam pemanasan ini terkandung 5 tujuan
pokok, yaitu:
1. Menyiapakan fisik untuk tugas yang lebih
berat
2. Meningkatkan suhu tubuh
3. Meningkatkan denyut jantung untuk mencapi
fase denyut latihan
4. Menyiapkan faktor psikhis siwa
5. Mencegah terjadinya cedera pada siswa
C. Teknis Pelaksanaan Penelitian
1. Rencana penelitian
Dari hasil analisis materi dan kalender akademik
yang ada diketahui bahawa di semester genap 2010-2011 terdapat 20 minggu
efektif untuk pembelajaran dan setelah dikurangi untuk latihan ujian dan ujian
ada 12 kali pertemuan efektif untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani
dengan menerapkan metode sirkuit trainning ini. Dengan adanya dua siklus yang
direncanakan pelaksanaan penelitian masing-masing siklus berlangsung dalam 5
kali pertemuan atau satu setengah bulan. Sebelum treatment sirkuit trainning
ini diterapkan siswa dijelaskan akan program yang akan mereka jalani di
semester ini dengan demikian siswa paham dan tahu tugasnya saat pelajaran
pendidikan jasmani. Refleksi awal dilakukan dengan lari aerobik di akhir siklus
pertama sebagai pre test, dan hasil akhir ujian praktik sekolah sebagai post
test dalam pengambilan datanya.
2. Siklus 1.
a. Tindakan yang dilakukan
Dalam setiap pertemuan atau tatap muka
dengan siswa penerapan metode sirkuit trainning dilakukan dengan cara:
Melakukan
gerakan-gerakan dinamis yang merangsang peningkatan denyut jantung dan
frekuensi pernafasan yang ada.gerakan yang dberikan bisa berupa pola gerak
dasar umum (PGDU) dan pola gerak dasar dominan (PGDD). Pola gerak dasar umum
yaitu bentuk-bentuk gerakan yang bisa dilakukan dalam aktivitas sehari-hari
siswa dan pola gerak dasar dominant adalah bentuk-bentuk gerakan yang sudah
menyerupai pada teknik-teknik cabang olahraga tertentu.Setiap gerakan disusun
dalam tahapan tertentu atau dikenal dengan pos gerakan yang harus diselesaikan
secepatnya oleh siswa dan menuju tempat untuk recovery atau pemulihan
Treatment
dengan gerak ini dilakukan sampai siswa memperoleh denyut jantung optimal untuk
latihan yaitu 80% dari denyut jantung maksimal, guru harus paham benar akan
karakteristik jantung siswa seusia 12
tahun yaitu beban latihan tidak boleh lebih dari 70% denyut jantung maksimal agar
tidak terjadi overtrainning. Pada umumnya, latihan untuk kebugaran jasmani
dosis yang diperlukan berkisar antara 60-75% dari denyut jantung maksimal. Bila
denyut jantung saat latihan sudah mencapai target persentase dosis yang
ditentukan, maka irama aktivitasnya dipelihara agar relatif tetap stabil.
Sebaliknya jika hitungan denyut jantung saat latihan masih jauh dari dosisnya
maka irama aktivitasnya ditambah agar mencapai target dosis latihan. Cara untuk
mengetahui denyut jantung saat latihan adalah dengan palpasi (meraba) pada
leher atau pergelangan tangan dan menghitungnya dalam satu menit atau dalam
sepuluh detik hasilnya dikalikan enam. Berikut ini disajikan pedoman untuk
menghitung denyut jantung saat latihan atas dasar denyut jantung maksimal dan
usia seseorang (AAHPERD, 1999: 89).
Usia
|
Denyut
jantung
maksimal
|
Denyut
jantung latihan
Pada 60-75%
|
9
|
211
|
127
– 158
|
10
|
210
|
126
– 158
|
11
|
209
|
125
– 157
|
12
|
208
|
125
– 156
|
13
|
207
|
124
– 155
|
14
|
206
|
124
– 155
|
15
|
205
|
123
– 154
|
16
|
204
|
122
– 153
|
17
|
203
|
122
– 152
|
18
|
202
|
121
- 152
|
Gerakan-gerakan
sirkuit trainning ini dilakukan dalam repetisi sedang dan durasi medium atau
20-30 menit. Adapun gerakan yang bisa diberikan adalah:
minggu ke-1
8 Januari
|
minggu ke-2
15 Januari
|
minggu ke-3
22 Januari
|
minggu ke-4
29 Januari
|
minggu ke-5
12 Februari
|
lari angkat paha
|
lari kijang
|
lari samping
|
jogging
|
cooper run aerobik
|
lari zig-zag
|
fartlek
|
sit up
|
shuttle run
|
|
sit up lari
|
squath thrush
|
squath thrush
|
push up
|
|
push up
|
lompat pagar
|
lari zig-zig
|
back up
|
|
back up
|
maju mundur
|
foot work
|
variasi kaki
|
Setelah
selesai latihan sirkuit siswa bisa melakukan aktivitas lain baik berupa game
atau materi pendidikan jasmani yang sesuai dengan SK KD yang ada.
Menurut struktur program yang ada kelas VI
memiliki 3 jam pelajaran pendidikan jasmani, jika setiap jam 40 menit maka
distribusi waktu dapat disusun sebagai berikut:
warming up
|
sirkuit
trainning
|
materi lain/game
|
cooling down
|
total
|
20’
|
30’
|
45’
|
25’
|
120’
|
b. Pengamatan
Pengamatan
dilakukan dengan judgement atau perjurian dari setiap item gerak yang ditentukan,
sehingga guru harus dengan seksama mengamati satu rombongan siswa yang tengah
melakukan treatment gerakan tadi meskiun tetapmelakukan pengawasan kepada siswa
yang sedang recovery. Jika ada siswa yang terlihat belum melakukan gerakan
dengan benar maka siswa tersebut harus mengulangi lagi sampai gerakannya benar
meskipun dia harus tertinggal dari rombongan sirkuitnya
c. Refleksi tindakan
Pre
test dilakukan setelah akhir siklus pertama selesai atau 5 kali pertemuan. Pre
test ini dilakukan dengan cara lari aerobik sejauh 1600 meter atau mengelilingi
lapangan sepakbola di dalam stadion.kemudian hasilnya dicatat dan nantinya
dibandingkan dengan hasil akhir test.
3. Siklus 2.
Rencana penelitian
Prinsip
berlebih dalam pembebanan diterapkan pada siklus kedua ini, karena ujian yang
direncanakn harus maju, treatment yang sama mungkin tidak akan berdampak pada
siswakarenan azas reversible atau pulih awal jika latihan yang sudah
berlangsung tidak dilakukan dengan rutin dan progresif secara kuantitas dan
intensitas. Dalam keadaan seperti iniuntuk mencapai peak performance yang telah
ditargetkan akan didesain ulang program sirkuit trainning yang dilakukan pada
siklus 1
Tindakan yang dilakukan
Perubahan treatment yang dilakukan pada siklus 2 antara lain:
1)
Intensitas gerakan :
Gerakan
dilakukan dengan intesitas yang lebih tinggi dari siklus 1,dengan membeerikan tekanan pada kecepatan
untuk menyelesaikan tugas setiap kelompok
interval.
2)
Beban latihan:
Pembebanan
untuk jenis gerakan ditambah dari 5 item gerak menjadi 6 item gerak
3)
Repetisi gerakan :
Pengulangan
gerakan lebih banyak dari semula
4)
Frekuensi gerakan:
Pengulangan
setiap sesi latihan ditambah dari sekali menjadi 2 kali setelah jeda interval
5)
Durasi latihan;
Jika
siklus 1 waktu yang diperlukan untuk sirkuit trainning adalah 20 – 30menit, maka durasi latihan pada siklus ke dua ini
menjadi 30 - 40 menit
minggu ke-1
19 Februari
|
minggu ke-2
26 Februari
|
minggu ke-3
5 Maret
|
minggu ke-4
12 Maret
|
Post test
19 Maret
|
lari angkat paha
|
lari kijang
|
lari samping
|
jogging
|
coopeer run aerobik
|
lari zig-zag
|
fartlek
|
sit up
|
shuttle run
|
|
sit up lari
|
squath thrush
|
squath thrush
|
push up
|
|
push up
|
lompat pagar
|
lari zig-zig
|
back up
|
|
back up
|
maju mundur
|
foot work
|
variasi kaki
|
Pengamatan
Pengamatan
dilakukan selama persiapan maupun pelaksanaan sirkuit trainning ini, guru harus
selalu melakukan progress dari hal-hal yang mempengaruhi latihan. Termasuk
adanya perubahan dalam pemberian treatment kepada siswa, menurut Sukadiyanto
(2010) apakah siswa mengalami tekanan secara fisik maupun secara psikhis, bisa
kita amati dengan melihat hal-hal berikut ini:
A. Semangat berlatih, tampak dari:
1) Saat bermain selalu senang,
puas, dan untuk belajar.
2) Upaya mengembangkan pola
permainannya dan diterapkan dalam pertandingan.
3) Setiap memperoleh angka
kemenangan sebagai awal tujuan utamanya.
B. Percaya Diri, tampak dari:
1) Sikapnya yang tenang meskipun
mengalami kegagalan.
2) Berusaha untuk dapat
mengatasi permasalahan di arena pertandingan.
3) Tetap ceria, tidak gemetar,
dan tidak menunjukkan kekecewaannya.
C. Emosinya Stabil, tampak dari:
1) Daya konsentrasi dan
perhatiannya.
2) Cara berjalan dan pandangan
tetap ke depan.
3) Bahasa dari gerak tubuhnya.
Refleksi tindakan
Siswa kelas 6
SD adalah siswa yang sudah menginjak awal remaja sehingga kondisi fisik dan
fisiologisnya sudah siap untuk menerima beban latihan yang berat dan dengan
pertumbuhannya dia sudah sanggup untuk melakukan kegiatan seperti orang dewasa.
Namun karena kondisi psikologisnya belum siap perlu adanya modifikasi pada saat
test atau latihan. Berikut disajikan
modifikasi model materi latihan untuk pengembangan keterampilan anak
berdasarkan usianya menurut Sharkey (1986: 26).
Usia
anak
|
Materi
latihan
|
£
10 tahun
akhir masa
anak-anak
|
Menarik
minat anak untuk beraktivitas secara fisik.
Bentuk
aktivitas fisik yang menyenangkan.
Belajar
dasar-dasar keterampilan gerak.
|
11-14 tahun
awal masa
remaja
|
Latihan
berbagai macam keterampilan (lokomotor, non lokomotor dan manipulasi).
Belajar
keterampilan teknik secara benar.
Persiapan
untuk meningkatkan latihan ke latihan kecabangan.
|
15-19 tahun
masa akhir
remaja
|
Meningkatkan jumlah latihan.
Latihan menggunakan beban yang
khusus.
Latihan keterampilan pada satu
cabang olahraga.
|
Masa dewasa
|
Puncak
prestasi.
Latihan
dengan intensitas yang tinggi.
|
Teori
tersebut mendasari ACSPFT (Asian
Commitee on Standardization of Physical Fitness Test) untuk menyusun test
tentang kemampuan aerobik untuk siswa. Dan dalam testtersebut siswa kelas 6 SD
dikelompokkan dalam kategori siswa di atas usia 12 tahun sudah dapat dites
dengan Cooper Run Aerobik Test, yaitu dengan lari jarak jauh. Unsur fisik
manusia yang pokok adalah kekuatan, kecepatan dan daya tahan. Kemampuan aerobik
ini identik dengan daya tahan sehingga diindikasikan dengan tolok ukur
kemampuan lari jauh atau lari aerobik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Sirkuit Trainning di Sekolah Dasar
B. Pengaruh Sirkuit Trainning terhadap Kemampuan
Aerobik Siswa
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
0 komentar: