Sabtu, Desember 28, 2019 0 Comments

Wajah Olahraga Kita Sedih, heran, sampai jengkel atas kegagalan Tim Thomas dan Uber Indonesia di Bangkok Thailand Sabtu lalu. Dilanjut dengan antiklimaksnya final Liga Champion yang demenangkan oleh Real Madrid atas Liverpool, karena kesalahan Loris Karius yang sampai diancam akan dibunuh. ancaman juga diterima oleh Sergio Ramos karena kesalahannya mencedarai Mohammed Salah. Sebentar lagi akan dimulai Piala Dunia Sepak Bola di Rusia 14 Juni hingga 15 Juli mendatang, dilanjutkan dengan Asian Games Jakarta-Palembang 18 Agustus - 2 September. Sungguh padat agenda tayangan olahraga tahun ini. Namun seberapa kuat pengaruh faktor emosional peristiwa-peristiwa tersebut bagi dunia keolahragaan di Indonesia? Jika ada survey tentang hal tersebut mungkin banyak masyarakat yang pesimis daripada yang optimis terhadap perkembangan olahraga di Negara yang kita cintai ini. Ada apa sebenarnya dengan dunia olahraga di Negara kita ini? Pembinaan pada tahap usia dini Bila kita jujur maka rasa pesimistis akan perkembangan dunia olahraga di Negara ini sangat logis. Negara Malaysia yang SDM dan SDA nya lebih kecil dari Indonesia saja sudah memiliki sebuah system pembinaan usia dini secara berjenjang, bahkan perguruan tinggi. Sedangkan Indonesia belum memiliki system pembinaan olahraga yang jelas. Bila kita lihat seperti Australia dengan Sport Searchnya yang mulai banyak di adopsi oleh akademisi olahraga di Negara kita, atau Long Term Athlete Development dari Negara Kanada, tentu kita merasakan betapa jauhnya Negara ini tertinggal dari Negara lain. Begitu juga dengan pembinaan usia dini kita, tidak ada sustainability atau kesinambungan dari jenjang sekolah dasar hingga mereka menjadi atlet professional. UU keolahragaan ternyata belum menjamin kehidupan peserta didik yang juga seorang atlet, bahkan banyak yang tidak tahu adanya UU keolahragaan ini. Pada Bab VII Pasal 21 tentang pembinaan dikatakan (4) Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui jalur keluarga, jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang berbasis pada pengembangan olahraga untuk semua orang yang berlangsung sepanjang hayat. Amanat undang-undang tersebut jelas bahwa pembinaan dilakukan melalui jalur pendidikan juga, dan apa yang terjadi di Negara ini tidak sinkronisasi dan harmonisasi antara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga seolah-olah sebagai jalur berbeda tapi tujuannya sama yaitu prestasi olahraga. Dari analisis sederhana saja tentu akan terjadi dualisme pada titik akhirnya dan itulah yang terjadi saat ini, bagaimana induk organisasi bisa bermitosis dan pada akhirnya terjadi perselisihan. Jika lihat lagi lebih ke bawah pada jenjang sekolah dasar adakah sebuah program untuk pemasalan olahraga? Tidak ada. Program pemasalan seharusnya mengajarkan keterampilan gerak dasar umum (GDU) dan pengayaan gerak, namun yang terjadi banyak sekali guru PJOK yang sudah melatihkan keterampilan olahraga bukan lagi pendidikan jasmani dan olahraga, sehingga talenta-talenta olahraga yang ada masak sebelum waktunya. Juga kompetisi di SD sudah salah kaprah bukan lagi menjadi ajang berlatih untuk memiliki jiwa kompetitif namun sudah menjadi tujuan akhir, yaitu juara. Inipun belum selesai dari sekian puluh jenis kompetisi olahraga hanya 6 cabang yang sampai tingkat nasional itupun cabang olahraga individu bukan beregu, sangat ironi di tengah kita sedang menggaungkan toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa. Belum lagi yang terjadi pada jenjang SMP hingga Perguruan tinggi kondisinya saat inipun masih belum banyak kontribusinya bagi peningkatan harkat dan martabat bangsa ini dalam olahraga. Padahal banyak pergururan tinggi yang memiliki konsentrasi pada olahraga dan kompetisi yang tertata rapi. Pembinaan atlet berprestasi Pada tataran level profesionalpun belum banyak menunjukkan geliatnya. Jika kita tengok kembali UU keolahragaan Bab VII pasal 21 ayat (3) Pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan, pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi, dengan tujuan Pembinaan dan pengembangan olahraga profesional dilaksanakan dan diarahkan untuk terciptanya prestasi olahraga, lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan Pasal 29 ayat 1, maka masih jauh dari harapan terutama prestasi. Seagames ke-29 tahun lalu di Malaysia kita hanya berada pada posisi ke 5 masih di bawah Singapura dan Vietnam, dan realistiskah target kita untuk masuk 10 besar saat kita sebagai tuan rumah Asian games Agustus nanti? Yang kita risaukan sebenarnya bukan berapa peringkat kita di dunia, di Asia atau bahkan di Asia Tenggara, namun kita lebih merisaukan bagaimana proses pembinaan atlet-atlet kita ini sehingga para atlet yang sebenarnya sudah berkorban jiwa raga namun tidak bisa meraih apa yang mereka inginkan. Sedikit kita melihat Yogyakarta (FIK UNY) yang lebih sering menjadi basecamp nya Timnas Sepakbola Indonesia (saat ini Timnas U-19 dibawah pelatih Indra Syafri), dan kalau kita tanyakan sebarapa persen dari proses TC tersebut melibatkan teknologi? Jika paradigm ini kita perluas kenapa hal ini penting? karena semua Negara saat ini sudah melibatkan high-tech untuk pembinaan olahraganya, lalu seberapa persen sumbangan teknologi ini dalam peningkatan prestasi? Setidaknya jika manfaatkan teknologi ini kita bisa memperoleh banyak manfaat baik dari sisi management, dari sisi statistic, dari sisi pemrograman latihan, bahkan dari perekrutan atlet sejak usia dini, hingga pada kemajuan teknologi pada jalannya lomba atau pertandingan beberapa macam cabang olahraga. Bisa kita lihat bagaimana peran teknologi ini bisa mengantarkan Usain Bolt menjadi sprinter tak terkalahkan di dunia, dengan berbagai rekor yang dipecahkannya. Kita memiliki SDM yang sangat luar biasa besarnya dan beberapa cabang olahraga unggulan, bisakah teknologi ini kita manfaatkan untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa dan Negara ini melalui olahraga. Semoga para ahli, akademisi, praktisi dan simpatisan olahraga di negeri ini berbesar hati untuk kemudian berkolaborasi dan bersinergi bersama-sama duduk dalam sebuah forum merumuskan system yang berkelanjutan agar bisa meningkatkan prestasi olahraga di negeri yang kita cintai ini. Aamiin.

0 komentar: